Berapa Proporsi Mahasiswa dan Dosen di ITB?

Reza Prama Arviandi
4 min readMar 17, 2019

Setiap tahun kita melihat pengumuman rangking Universitas oleh beberapa lembaga. Namun hasilnya bisa kita lihat berbeda-beda. Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Apa saja komponen yang digunakan untuk menilai sebuah Universitas bisa lebih tinggi atau lebih rendah daripada yang lainnya?

Setidaknya ada 5 lembaga perangkingan yang menilai Universitas di Indonesia. Lembaga ini secara konsisten memberi penilaian terhadap Universitas di Indonesia. Lembaga tersebut antara lain yaitu,

  1. Webometrics,
  2. 4ICU,
  3. Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia,
  4. QS University Ranking,
  5. Times Higher Education (THE) Ranking.

Metode yang digunakan oleh kelima lembaga tersebut berbeda. Contohnya untuk Webometric dan 4ICU keduanya lebih menekankan pada kinerja publikasi yang terindeks di mesin pencari di dunia maya. Sehingga keberadaannya menjadi senjata marketing banyak Universitas untuk menggaet calon mahasiswa. Walaupun banyak ditentang para akademisi karena tidak memperlihatkan gambaran jelas kualitas pendidikan di Universitas tersebut. Oleh karena itu kita ingin sorot lebih dalam untuk 3 lembaga lain.

QS World University

QS World University merupakan merupakan ranking perguruan tinggi yang dilakukan oleh Quacquarelli Symonds (QS). Indikator penilaian yang digunakan QS dalam perankingan perguruan tinggi:

  1. Reputasi akademis (bobot 30%): Survei dilakukan ke kalangan akademisi kampus di setiap jurusan/pogram studi untuk mengukur kekuatan jurusan/program studi tersebut
  2. Reputasi karyawan (bobot 20%): Mensurvei karyawan administrasi perguruan tinggi untuk mengukur kualitas layanan administasi perguruan tinggi.
  3. Rasio fakultas/mahasiswa (bobot 20%): Dihitung dari rasio jumlah dosen dengan jumlah mahasiswa yang lulus dari setiap program studi di perguruan tinggi
  4. Penghargaan hasil riset (bobot 15%): Indikatornya adalah jumlah riset ilmiah perguruan tinggi yang mendapatkan penghargaan sebagai tolok ukur reputasi karya ilmiah tersebut, yang dianalisis dengan program Scopus.
  5. Jumlah riset ilmiah per fakultas (bobot 15%): Dengan menggunakan aplikasi Scopus, jumlah riset ilmiah per fakultas dikalkulasi menjadi skor dengan bobot penilaian 15%.
  6. Proporsi fakultas internasional (2,5%) dan mahasiswa internasional (2,5%): Indikator ini menganalisis jumlah program studi internasional yang ada di perguruan tinggi tersebut. Sementara itu, pengukuran jumlah mahasiswa program studi internasional itu dilihat dari rasio jumlah mahasiswa internasional dibandingkan dengan pegawai administrasi PT sebagai penentu kualitas layanan administrasi program studi internasional tersebut.
  7. Proporsi pertukaran mahasiswa ke luar negeri (2,5%) dan proporsi penerimaan pertukaran mahasiswa dari luar negeri: Indikator ini dilihat dari jumlah mahasiswa yang dikirim ke luar negeri dalam rangka program pertukaran mahasiswa serta penerimaan mahasiswa dari luar negeri dalam rangka program tersebut.
Indeks QS Universiy Rankings untuk Universitas di Indonesia

Times Higher Education (THE) World University Rangkings

Times Higher Education (THE) World University Rankings merupakan ranking universitas yang dikeluarkan oleh majalah Times Higher Education (THE). Selama tahun 2004 sampai 2009, THE dan QS bekerja sama dalam membuat ranking perguruan tinggi. Namun sejak tahun 2009, THE memutuskan untuk membuat ranking sendiri, karena menurut THE, indikator ranking mereka masih lemah dan terlalu mengutamakan science ketimbang Humaniora. Akhirnya THE dan QS pisah dan masing-masing membuat ranking sendiri-sendiri. Secara umum dasar metode yang digunakan THE dan QS hampir mirip. Namun pengindeksannya untuk Indonesia sekarang sudah kalah jauh dengan QS.

Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia

Dikti sebagai lembaga resmi pemerintah juga membuat perangkunagn perguruan tinggi di Indonesia berdasarkan kriteria sebagai berikut:

  1. Dosen (12%): menghitung jumlah dosen berpendidikan doktor, lektor kepala dan guru besar, serta kecukupan dosen tetap
  2. Kualitas dosen (18%): menghitung jumlah dosen tetap terhadap jumlah mahasiswa pada perguruan tinggi bersangkutan
  3. Akreditasi (30%): menilai akreditasi institusi maupun jumlah program studi terakreditasi A maupun B.
  4. Kualitas kegiatan kemahasiswaan (10%): menilai prestasi mahasiswa
  5. Kualitas kegiatan penelitian (30%): menghitung capaian kinerja penelitian sesuai kreteria yang ditentukan serta jumlah dokumen yang terindeks scopus.

Penilaian dari Dikti di tahun 2018 menghasilkan nilai seperti di bawah,

  1. ITB skor 3,78
  2. UGM skor 3,72
  3. UI skor 3,69
  4. IPB skor 3,54
  5. Universitas Brawijaya skor 3,24
  6. ITS skor 3,17
  7. Universitas Airlangga skor 3,15
  8. Universitas Hasanuddin skor 3,06
  9. Universitas Diponegoro skor 3,04
  10. Universitas Padjadjaran skor 2,97
  11. Universitas Andalas skor 2,88
  12. Universitas Sebelas Maret skor 2,87

Bagaimana Rasio Mahasiswa dan Dosen?

Dari kedua lembaga tersebut aspek rasio dosen dan mahasiswa sangat penting. Hal ini disebabkan anggapan bahwa Universitas yang ideal yaitu yang mampu membuat proporsi kelas juga ideal. Apabila proporsi ideal dapat diwujudkan maka diharapkan pembelajaran di dalam kelas akan nyaman dan sesuai dengan tujuan Universitas didirikan.

ITB sebagai lembaga perguruan tinggi yang mempunyai prestasi dan nama baik mempunyai proporsi dosen dan mahasiswa yang baik.

Statistik Dosen ITB

Pengolahan Data Dosen ITB 2004–2013. Sumber: data.km.itb.ac.id

Dosen ITB sepanjang tahun bertambah dengan semakin bertambahnya jumlah mahasiswa ITB. Jumlah dosen bergelar sarjana semakin berkurang dengan semakin dituntutnya tenaga pendidik berkualifikasi magister dan doktoral. Jumlah dosen bergelar magister bertambah karena kualifikasi minimal seorang dosen ITB yaitu sedang menempuh pendidikan doktoral. Hal yang menarik yaitu jumlah guru besar di ITB bertambah secara eksponensial selama 10 tahun terakhir. Hal ini disebabkan oleh semakin banyaknya mahasiswa Post Graduate yang membantu proses riset dosen untuk mendapat gelar guru besar.

Statistik Mahasiswa ITB

Pengolahan Data Mahasiswa ITB 2004–2013. Sumber: data.km.itb.ac.id

Pertambahan jumlah mahasiswa S2 dan S3 di ITB bertambah secara lebih signifikan dibanding mahasiswa S1. Tentu ini sejalan dengan tujuan ITB menuju Research University dengan memiliki mahasiswa Post Graduate yang semakin banyak. Jumlah mahasiswa yang semakin banyak dengan rasio pengajar dan mahasiswa yang bertambah menjadikan ITB semakin kompetitif. Acuan rasio tenaga akademik : mahasiswa di angka 1 : 18 merupakan rasio yang baik.

Diharapkan dengan rasio mahasiswa dan dosen yang semakin baik maka pembelajaran di ITB menjadi semakin baik.

Referensi

  1. http://halokampus.com/kuliah/peringkat-ranking-universitas-indonesia/
  2. https://www.timeshighereducation.com/student/best-universities/top-universities-best-student-staff-ratio
  3. https://www.thoughtco.com/what-s-a-good-student-to-faculty-ratio-for-a-college-4134430
  4. https://www.topuniversities.com
  5. https://ristekdikti.go.id/kabar/kemenristekdikti-umumkan-peringkat-100-besar-perguruan-tinggi-indonesia-non-vokasi-tahun-2018/
  6. https://www.researchgate.net/post/What_is_the_optimum_number_of_students_in_a_classroom_in_a_university

--

--